ORBITRAYA.COM, TEMBILAHAN – Kasus kecelakaan yang terjadi di Parit 6 Tembilahan Hulu yang melibatkan anggota DPRD Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Sahlan, akhirnya memberikan klarifikasi dan hak jawabnya ke media.
Ditemui wartawan pada Sabtu (15/11/25) sore, Sahlan menegaskan bahwa dirinya telah bertanggung jawab penuh atas kejadian tersebut.

“Alhamdulillah, kami sudah bertemu dengan pihak korban di Tembilahan dan telah menandatangani surat perdamaian. Dalam perjanjian tersebut, khususnya pada poin kelima, kami sepakat bahwa pihak kedua akan menanggung kebutuhan pihak pertama hingga sembuh,” ujarnya.
Terkait informasi yang beredar mengenai uang sagu hati sebesar dua juta rupiah, Sahlan meluruskan bahwa nominal tersebut bukan uang perdamaian, melainkan bantuan bagi keluarga yang menjaga korban selama dirawat. Ia menambahkan bahwa setiap kali bertemu dengan korban, dirinya selalu memberikan tambahan sagu hati.

“Uang dua juta itu bukan uang perdamaian, tetapi sagu hati untuk yang menjaga korban. Dan setiap kami bertemu dengan korban, kami juga memberikan sagu hati lagi sebesar satu juta rupiah,” jelasnya.
Menurut Sahlan, sagu hati tersebut diberikan sebagai bentuk empati dan perhatian kepada korban. Sementara itu, untuk korban yang sedang menjalani operasi di RS Arifin Achmad Pekanbaru, Ia telah mengutus keluarga untuk menjenguk, menyampaikan permohonan maaf, serta menegaskan komitmen untuk bertanggung jawab atas insiden tersebut.

“Saya belum bisa menjenguk langsung karena masih ada urusan dengan pihak kepolisian dan juga ada korban yang dirawat di sini. Namun istri dan kerabat sudah saya hubungi untuk menjenguk dan memberikan sagu hati,” tuturnya.
Lebih lanjut, Sahlan menambahkan bahwa bukan dirinya tidak ingin pergi menjenguk korban dirumah sakit, melainkan terhalang oleh beberapa sebab diantaranya setiap hari harus melakukan laporan ke kantor polisi sehingga tidak dapat keluar dari wilayah Kabupaten Indragiri Hilir dan juga tidak dapat beraktivitas sebagai mana mestinya.
"Bukan saya tidak ingin pergi jenguk korban, tetapi saya harus selalu datang ke kantor polisi untuk melapor setiap hari. Maka dari itu saya tidak bisa kemana-mana untuk meninggalkan Inhil. Untuk mengatasi hal tersebut saya minta pihak keluarga untuk sementara waktu datang menjenguk para korban," tambahnya.

Sementara itu, ada juga sempat beredar surat perdamaian berbentuk pdf yang beredar di aplikasi WhatsApp, namun surat tersebut bukan hasil keputusan final, melainkan baru data awal. Setelah surat itu dibuat, dan dilakukan pertemuan dengan pihak korban, terjadilah kesepakatan agar ditambahkan poin kelima yang menegaskan bahwa pengendara mobil bertanggung jawab terhadap pemulihan kesehatan penumpang motor sampai sembuh.
“Seharusnya yang membuat poin-poin perdamaian ini adalah pihak Bu Zinatal Hayati. Tapi karena mereka fokus menjaga Bu Zinatal, kami membantu mengetikkan surat tersebut. Setelah selesai, pihak Bu Zinatal meminta agar ditambahkan satu poin yang menyatakan kami harus bertanggung jawab hingga Bu Zinatal sembuh, dan itu sudah kami sepakati,” ujar Sahlan.

Sahlan juga menjelaskan sampai saat ini yang menyepakati surat perdamaian itu baru pengendara motor Mega dan Korban yang dirawat di RSUD Tembilahan, sementara untuk Korban Kardinal, keluarga masih menunggu kesembuhan dari korban.
"Yang baru berdamai ini hanya pengendara motor Mega itu, dan Bu Zinatal, kalau untuk pak kardinal belum, karena masih dirawat kan, dan dalam Minggu ini akan menjalani operasi kembali," jelasnya.
Sahlan menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh korban dan berharap proses pemulihan mereka berjalan lancar.
"Saya pribadi memohon maaf kepada korban, karena memang yang namanya musibah tidak ada yang tau, intinya saya tetap berkomunikasi dengan korban atau keluarga korban untuk memastikan kondisi mereka, dan saya berharap semoga lekas membaik sembuh dan bisa beraktivitas kembali seperti sediakala," imbuhnya.